Harga emas batangan seperti dari PT Aneka Tambang Tbk (Antam) menunjukkan tren yang menanjak dalam beberapa bulan terakhir. Sebagai contoh, di awal Oktober 2025 posisi harga per gram berada di kisaran Rp 2.237.000. Kemudian dalam beberapa hari berikutnya naik ke sekitar Rp 2.487.000 per gram pada 21 Oktober 2025.
Kenaikan ini menarik perhatian banyak orang terutama investor pemula dan masyarakat yang mencari instrumen investasi yang relatif “aman”. Di artikel ini kita akan membahas mengapa emas sering naik, lalu membandingkannya dengan instrumen lain seperti deposito di BPR sebagai alternatif yang aman namun berbeda fungsi.
Mengapa Harga Emas Cenderung Naik
Ada beberapa faktor yang membuat emas menjadi aset yang harganya sering naik, atau setidak-nya dianggap sebagai lindung nilai (hedge) terhadap ketidakpastian. Berikut poin-utama yang perlu dipahami:
1. Fungsi safe haven
Ketika ekonomi global atau domestik tidak stabil, misalnya gejolak mata uang, inflasi meningkat, suku bunga naik/turun, atau ketegangan geopolitik sehingga banyak investor memilih emas sebagai tempat “aman” menyimpan nilai. Emas tidak memberikan dividen, tapi daya tahan nilainya membuatnya menarik.
2. Persediaan terbatas dan permintaan meningkat
Emas adalah komoditas fisik dengan produksi yang terbatas. Jika permintaan naik (misalnya dari investor ritel, bank sentral, atau industri perhiasan) sementara suplai tidak bisa dengan cepat bertambah, maka harga akan naik. Data menunjukkan bahwa emas Antam terus naik melewati Rp 2,3 juta per gram.
3. Inflasi dan pelemahan mata uang
Ketika mata uang lokal melemah atau inflasi naik, daya beli rupiah menurun sehingga aset yang nilainya “riil” seperti emas menjadi pilihan menarik untuk mempertahankan daya beli. Dalam konteks Indonesia, fluktuasi rupiah terhadap dolar AS juga bisa mempengaruhi harga emas impor/produksi lokal.
4. Suku bunga dan ekspektasi ekonomi
Bila suku bunga riil rendah (yaitu suku bunga setelah dikurangi inflasi), emas akan menjadi semakin menarik karena “biaya kesempatan” rendah, artinya kita kehilangan agak sedikit dengan tidak menerima bunga dari aset lain, jika memilih emas. Sebaliknya, bila suku bunga naik tajam maka emas bisa kurang menarik karena tidak memberikan bunga/arus kas. Namun saat ini kondisi makro menunjukkan arah yang kompleks, dan emas mendapat keuntungan.
5. Pencatatan harga dan persepsi investor
Tren kenaikan menciptakan momentum, melihat harga naik, banyak orang kemudian ikut membeli karena takut ketinggalan (“FOMO”), yang selanjutnya mendorong harga naik lagi. Sebagai investor pemula, penting memahami bahwa naik bukan berarti selamanya naik; tetap ada risiko koreksi.
Emas vs Deposito di BPR: Dua Instrumen Aman, Fungsi Berbeda
Sebagai calon investor, Anda mungkin bertanya: “Kalau emas bagus, kenapa saya tidak langsung simpan semua di emas saja?” Di sisi lain, ada produk simpanan berjangka seperti deposito di BPR yang menawarkan keamanan dengan suku bunga tetap. Berikut perbandingan agar Anda bisa mempertimbangkan pilihan dengan bijak.
Emas (fisik, seperti emas batangan Antam)
- Kelebihan: potensi naik nilai (capital gain), relatif tahan terhadap inflasi dan fluktuasi mata uang, memiliki nilai intrinsik fisik.
- Kekurangan: Tidak memberikan bunga atau arus kas. Ada biaya pembelian (maupun saat menjual kembali). Likuiditas bisa lebih lama dibanding simpanan bank. Risiko harga bisa turun juga.
- Cocok untuk: investor jangka menengah-panjang yang mencari lindung nilai dan siap menerima risiko nilai.
Deposito di BPR
- Kelebihan: Suku bunga deposito BPR cenderung lebih tinggi dibanding bank umum karena model bisnis BPR dan pasar lokalnya. Dana simpanan dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) hingga batas tertentu selama syarat terpenuhi.
- Kekurangan: Return (bunga) tetap dan relatif lebih kecil dibanding potensi kenaikan emas, terutama dalam kondisi pasar naik tajam. Tenor terbatas, dan jika dicairkan dini bisa ada penalti.
- Cocok untuk: investor yang mencari keamanan, arus kas ringan, dan prefer stabilitas dibanding potensi pertumbuhan besar.
Apa Artinya untuk Anda Sebagai Investor Pemula?
Jika Anda punya dana yang ingin diparkir dalam jangka pendek hingga menengah (misalnya 6–24 bulan) dan ingin hasil yang pasti, maka deposito di BPR bisa jadi pilihan awal yang baik.
Jika Anda bersedia menahan dana lebih lama (misalnya 3-5 tahun ke atas), dan ingin diversifikasi agar tidak hanya mengandalkan simpanan bank, maka mempertimbangkan emas sebagai bagian dari portofolio bisa masuk akal.
Jangan taruh semua dana di satu instrumen saja, diversifikasi investasi adalah hal penting. Misalnya sebagian di deposito (untuk likuiditas dan keamanan) dan sebagian di emas (untuk potensi kenaikan nilai).
Pahami bahwa kenaikan harga emas saat ini bagus, tapi tidak menjamin akan terus naik tanpa koreksi. Pastikan Anda membeli ketika sudah siap dan memahami tujuan investasi.
Pastikan lembaga penyimpanan/produk yang Anda pilih resmi, diawasi regulator, dan Anda memahami biaya serta syaratnya, baik ketika membeli emas fisik maupun membuka deposito di BPR.
Kesimpulan
Harga emas yang naik mencerminkan bahwa banyak investor melihatnya sebagai sarana lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi dan mata uang. Namun, emas bukanlah “mesin uang” yang menghasilkan bunga, melainkan aset yang nilai pokoknya bisa naik. Sementara itu, deposito di BPR menawarkan solusi simpanan yang aman, dengan bunga kompetitif dan dijamin LPS, namun dengan pertumbuhan nilai yang lebih moderat.
Penulis: Brahmastya Artanto
Bank Danagung
“Tumbuh Bersama UMKM”
Kantor Pusat Jl. Solo km 11 Purwomartani Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
Telp. (0274) 496187 / 081125208812